Salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang perempuan sebelum menikah adalah ahli di dapur.
Tapi, berbeda dengan perempuan kebanyakan saya belum bisa apa-apa saat menikah. Bersyukur punya mertua yang baik, tidak cerewet masalah dapur. Padahal, waktu itu kami serumah loh!
Kadang saya suka beli jadi kayak ayam beli cuman 2 potong, dan ikan hanya 2 ekor. Suka senyum-senyum sendiri kalau ingat waktu pertama menikah, dari mulai masakan keasinan, hambar sampai gosong.
Ya, itulah proses belajar yang harus di lalui. Seiring waktu mulailah bisa masak meskipun sedikit demi sedikit.
Dulu sewaktu belum menikah bahkan sampai saat ini, saya senang banget ngumpulin resep masakan sampai dibikin kliping. Tapi, yang jadi masalah adalah nggak ada yang di praktekan. Dan sampai saat ini sebagian koleksi resep dari tabloid dan majalah masih ada.
Zaman saya sih belum terlalu paham internet, hp juga punya yang jadul. Berbeda dengan sekarang mau resep apapun tinggal klik mbah google. Keluar deh itu resep yang di cari.
Setelah 8 tahun menikah mulai berani bereksplorasi membuat kue kering, bolu kukus dan camilan. Sudah ada beberapa resep yang sering dibuat seperti, donat kentang, widuran keju, bolu kukus jerman, kue keju dan kue salju.
Selain ilmu masak yang masih kurang kadang rasa malas menghampiri. Tak jarang sudah beli bahan dan alat tempur sudah tersedia, eh prakteknya ditunda. Tapi, sekarang sudah mulai mendisiplinkan diri minimal 1 minggu 1 resep dan selalu berusaha menyajikan makanan ala rumahan untuk keluarga.
Untuk itu di usia pernikahan 10 tahun hampir 11 tahun mulai mengikuti kelas masak online yang gurunya itu Mba Niken.
" Belajar itu tidak ada kata terlambat asal kita mau berusaha dan selalu disiplin".
Begitupun dengan manajemen dapur dari mulai kerapihan dapur, jadwal menu sampai pengolahan bahan makanan hingga bisa menjadi makanan lezat untuk keluarga tercinta.
Yuk, ah selalu menjadi istri dan ibu yang belajar. Hamasah!
Komentar
Posting Komentar