Langsung ke konten utama

Resensi Buku: Rumah Kecil di Rimba Besar

Rumah Kecil di Rimba Besar (Little House, #1)
sumber gambar: goodreads


Judul: Rumah Kecil di Rimba Besar #1 (Little House-Seri Laura)
Judul Asli: Little House in the Big Woods
Penulis: Laura Ingalls Wilder
Penerjemah: Djokolelono
Ilustrator: Garth Williams
Tebal: 216 hal.
Penerbit: Libri (pernah diterbitkan dengan judul yang sama oleh BPK Gunung Mulia)
Tahun Terbit: 2011 cet. I
Penghargaan: Laura Ingalls Wilder pernah mendapat Laura Ingalls Wilder Award tahun 1954 dan karyanya dengan judul Little House in the Big Woods ini mendapat Lewis Carroll Shelf Award di tahun 1958.

Dulu sekali, gadis berkepang yang tak pernah diam ini menjadi tokoh favoritku. Dialah Laura, yang diperankan oleh Melissa Gilbert. Lincah, pemberani, dan pintar, juga selalu ceria.  Saat itu hari Minggu adalah hari paling dinanti karena tayangan film ini di TVRI. Meski televisi saat itu hanya menunjukkan dua warna: hitam putih dengan tebaran semut kecil jika angin menggoyangkan antena yang dipasang dengan bambu tinggi-tinggi, kami tetap duduk manis menikmatinya hingga usai.

Tanpa disangka aku menemukan buku Little House in the Prairie di perpustakaan SMP-ku. Buku itu masih rapi, dan sepertinya akulah peminat pertamanya. Saat kelas kami mendapat giliran meminjam, serta merta kupilih buku itu.

Bertahun-tahun kemudian, aku mencari buku itu di toko karena ingin mengenang Laura, tapi tak pernah kutemukan. Syukurlah kini seri Laura bisa didapatkan dengan mudah.
Untuk seri pertamanya ini, jangan berharap akan menemukan konflik yang terjadi antara Laura dan teman-temannya, terutama si rambut bergelombang Nelly, yang cantik tapi judes.

Di seri ini, kita hanya akan menemukan kehidupan tenang Laura, Mary, Carrie bersama Pa dan Ma. Kehidupan yang menyenangkan dan damai di antara pohon-pohon besar, di pinggiran Rimba Besar, daerah Wisconsin, tahun 1870.

Rumah mereka dari balok kayu kelabu, dan makanan mereka tersedia di sekitarnya. Membayangkan cara mereka menimbun makanan untuk musim dingin sangat menyenangkan. Madu yang disimpan di dalam batang pohon yang dibentuk sedemikian rupa, labu-labu, kol, wortel, daging, mentega, dan segala macam persediaan makanan hasil buruan Pa yang ditimbun di loteng.
Cara mereka menabung makanan mengingatkanku pada novel klasik The Yearling.

Sama seperti masyarakat pedesaan Indonesia (khususnya Jawa Tengah) zaman dulu, yang biasanya mempunyai lumbung padi untuk persiapan jika musim panen berakhir. Di atas tungku dapur, bergantungan jagung (masih dengan kulitnya) juga labu (waluh), bahan makanan cadangan selain padi.

Dalam buku pertama seri Laura ini, cerita yang mengesankan adalah saat Pa kebingungan melawan beruang madu di malam hari, yang ternyata hanyalah tonggak kayu.
Jika di televisi, adegan paling mengesankan adalah cara mandi mereka, terutama Laura dan Mary. Biasanya kami akan tertawa terbahak jika melihat Laura diangkat oleh Pa, dicemplungkan ke dalam drum kayu sepinggang Pa yang dipenuhi air.

Kehidupan mereka yang sederhana, dekat dengan alam, mengambil sesuai kebutuhan, sungguh menerbangkanku ke masa kecil di desa tempat kelahiranku. Deskripsi alamnya yang detail hingga kita seakan bisa mencium harumnya gula maple (aku membayangkan gula jawa), cocok untuk anak umur berapa saja. Tetapi jika melihat teks, huruf, dan ketebalannya, sepertinya anak usia 9-10 tahun baru bisa melahapnya tuntas.
Oya, aku suka banget dengan model baju Laura dan topi lebarnya. Sayang sekali tak menemukan fotonya.
sumber foto: http://www.answers.com/topic/little-house-on-the-prairie-tv-series-1.
Pemeran dalam film:

  • Michael Landon as Charles Ingalls (1974–83)
  • Karen Grassle as Caroline Quiner Ingalls (1974–82)
  • Melissa Gilbert as Laura Ingalls Wilder (1974–83)
  • Melissa Sue Anderson as Mary Ingalls Kendall (1974–81)
  • Lindsay and Sidney Greenbush as Carrie Ingalls (1974–82)


  • Resensi ini aku ikutsertakan dalam RC Read a Long with Children Lit dengan tema Laura Ingalls 
    dan Fun Year With Children’s Literature : Fun Months 1 (tema award winner) di blog Bacaan B Zee.


    Kalian masih bisa ikut juga dalam challenge ini. Daftar saja di sini.

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Makalah Pentingnya Kesadaran Berbangsa Dan Bernegara Dilihat Dari Konteks Sejarah Dan Geopolitik Indonesia

    BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Gejala kesadaran berbangsa dan bernegara yang belum baik itu dapat kita lihat dalam perilaku individu sebagai rakyat maupun pejabat yang masih menunjukan tindakan-tindakan yang melanggar kaidah hukum, seperti mafia hukum, merusak hutan, pencemaran lingkungan, tindak kriminalitas, lebih mementingkan diri dan kelompok, korupsi, bersikap kedaerahan yang berlebihan (daerahisme) atau etnisitas yang berlebihan, bertindak anarkhis, penggunaan narkoba, kurang menghargai karya bangsa sendiri, mendewakan produk bangsa lain, dan sebagainya. Benarkah bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia melemah? Berbagai peristiwa di tanah air yang terjadi di negeri kita, dapat kita saksikan di media massa, bagaimana tingkah laku para wakil rakyat, pelajar, mahasiswa dan juga kelompok masyarakat  yang menunjukan tanda- tanda bahwa mereka masih kurang memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara.   Berbangsa dan bernegara merupakan s...

    Skripsi Krispi : Bukunya Pejuang Skripsi

    Skripsi Krispi (koleksi pribadi) Judul : Skripsi Krispi (Renyahnya Kisah Mahasiswa Nyaris Lulus) . Penulis : Miyosi Ariefiansyah, Triani Retno A., Ifa Avianty, dkk. Koordinator penulis : Miyosi Ariefiansyah. Tahun terbit : Cetakan Pertama, Desember 2010. ISBN : 978-602-8597-51-7 Halaman : 204 halaman. Blurb & endorsement : Buku ini mampu membuat kita meninggalkan kecemasan tentang nasib skripsi yang sedang dihadapi dan merupakan bacaan wajib setiap mahasiswa. Buku ini sanggup memotivasi kita untuk tidak merasa susah sendirian saat menyelesaikan skripsi, sebab ternyata sudah banyak yang telah melewati jalan itu dan bisa menjadi pemenang. Lewat buku ini, buktikan Anda pun bisa! Ir.Shahnaz Haque-Ramadhan , Artis dan alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Bagi para mantan mahasiswa yang sudah lulus sarjana, saat mengerjakan skripsi biasanya memiliki pengalaman dan kenangan yang tak terlupakan, baik yang manis maupun yang pahit. Buku ini kaya akan kisah - kisah sukses saat menger...

    Tentang Respek

    Dalam kehidupan bermasyarakat, kata respek sering kali kita dengar. Namun sebelum membahas lebih lanjut, sebaiknya kita tahu dulu apa itu arti dari respek.  Respek sendiri dalam KBBI artinya menaruh rasa hormat terhadap perbuatan mulia. Saat kita melihat kelakuan seseorang yang baik dan tanpa menginginkan imbalan, maka kita akan respek pada orang tersebut, sebaliknya jika orang tersebut angkuh dan tidak suka menolong, maka kita tidak akan respek. Yang menjadi pertanyaan sikap yang bagaimanakah yang membuat orang akan respek terhadap perilaku orang lain? Berikut ini jawabannya: Orang yang menolong orang lain tanpa pamrih Mempunyai sikap yang baik dan menjaga sopan santun terhadap siapapun     Tidak membeda-bedakan orang karena harta dan jabatannya Dan, berikut sikap yang tidak akan membuat orang respek terhadap kita, yaitu:   Berbuat seenaknya   Tidak tahu norma yang berlaku di lingkungan   Selalu merasa diri paling benar   Bersikap sombong Tidak...